Surat Malam #1
Ditujukan kepada : Paul Gora
Ditulis oleh : Athaza Swastamitha
Selamat malam, dari ruang tamu yang senyap di kediamanku.
Hai Paul Gora, bagaimana kabarmu sekarang ? Apa tubuhmu masih sesehat dan sekuat dulu ? Sudah lama berlalu, aku tidak tahu bagaimana potongan rambutmu sekarang. Masihkan rambutmu itu pendek dan rapih ? Atau kau biarkan lagi rambut itu menjuntai panjang seperti saat pertama kita bertemu ?
Selama ini aku mencari tahu tentang kamu. Aku benar-benar kehilangan kabar dan waktu bertemu denganmu. Bahkan melihat batang hidungmu di kampus pun sangat sulit. Aku tidak tahu apa aku merindukanmu atau tidak, hanya saja lama tak melihatmu membuatku kesal.
Sepertinya orang lain pun melakukan banyak hal sepertiku, mencari cara bagaimana supaya bisa bersua kembali.
Jujur, aku benar-benar terluka ketika saat itu kau bilang tak menganggapku apa-apa bahkan tak merasa bahwa kita saling dekat. Aku meneriakan segala kekecewaanku pada Tuhan, Gora. Mengutuk rasa kecewa yang Tuhan beri lewatmu. Sampai akhirnya memang kamu meminta untuk menghentikan semuanya. Berhenti denganku. Berat rasanya menyetujui itu. Tapi kamu tak bisa dirubah sedikitpun. Aku meng-iyakannya.
Salahku adalah membiasakan diri dengan obrolanmu setiap hari, mencari makan berdua, percaya bahwa kau berbeda dari yang lainnya. Kalao begini caranya, aku dikecewakan untuk kesekian kalinya.
Gora, jika kau pikir hanya kau yang kecewa dan merasa dirugikan. Kau pikir wanita sepertiku hilang perasaan ? Baik, aku paham akan kekecewaan yang kau terima, tapi aku ada pada rasa sakit yang sama. Bahkan mungkin lebih lama. Karena tak lama setelah pergi dariku, kau bilang ingin kembali dengan bekas kekasihmu. Tepat setelah kau bilang ingin kembali membentuk sesuatu yang lebih baik seperti dulu.
Bolehkah aku bilang bahwa kau yang mati perasaannya ? Sepertinya, kamu mati rasa dan empati. Sedikitpun aku tak melihat rasa bersalah dari caramu bicara.
Lalu hari ini kamu hilang lagi. Seperti biasanya.
Comments
Post a Comment