Athazagora Halaman Keempat
Tunggu, ponselku seperti berdering. Sepertinya ada pesan masuk. Biar nanti saja kubuka kalau sudah sampai. Sedang mengendarai motor menggunakan seragam begini membuatku cukup kesulitan, aku tidak bisa senakal biasanya menggunakan ponsel ketika mengendarai motor, butuh konsentrasi tinggi saat menggunakan rok span ini. Kampusku memang mewajibkan seluruh mahasiswa menggunakan seragam hitam putih ketika sedang UTS (Ujian Tengah Semester), dan sekarang adalah bulan Agustus yang merupakan bulan UTS pertama di setiap tahunnya.
Aku dan Fany sampai di tempat penjual ayam goreng roda pinggir jalan yang biasanya buka dari jam 9 pagi dan tidak sampai jam 2 siang pasti sudah habis terjual. Ayam nya lezat dapat banyak makanan tambahan seperti karedok, goreng kol, oseng-oseng, gratis pula. Sayang, dari kosan kami ke Jl. Empang ini cukup jauh, jadi kalau kebetulan saja kami bisa makan disini. Oh iya aku ingat ada pesan masuk.
" Tadi ke parkiran belakang yah ? "
Bagaimana Gora bisa tahu aku tadi ada diparkiran belakang, padahal seingatku tadi tidak ada siapa-siapa disana, sepi sekali. Tunggu, bagaimana bisa dia tahu itu aku dan ini Gora. Sudah hampir satu bulan setelah perselisihan yang lebih tepatnya kesalah pahaman terakhir itu kami tidak berkomunikasi sama sekali apalagi lagi bertemu, tahu orangnya yang mana saja tidak. sekarang tiba-tiba mengirim pesan seperti ini, laki-laki seperti apa dia ini sebenarnya.
" Iya, bagaimana bisa tau itu aku ? "
Hanya itu yang kutanya, tak peduli memang ada dia atau tidak tadi di parkiran. Yang mengganggu pikiranku cuma pertanyaan itu.
" Aku tahu, kamu yang pakai motor matic membonceng temanmu kan ? Eksotis ternyata "
Ah dia benar-benar ada di parkiran dan melihatku. Aku yakin, karena aku memang wanita yang meiliki kulit coklat dan berkata seperti itu. Tunggu, tapi bagaimana dia tahu wajahku.
" Yakin itu aku ? bertemu saja belum pernah "
Sekaran pertanyaan ini yang mengganggu pikiranku. Terjawab pertanyaan ynag satu muncul penasaranku yang lainnya.
" Aku sudah tahu wajah kamu sejak lama. Aku sering melihatmu di Sanggar "
Jawaban apalagi ini. Jadi Gora sudah tahu aku sejak lama dan selama ini dia sering melihatku dari jauh. Sudah selama itu Gora ? Bagaimana bisa ? Maksudku bagaimana bisa dia tahu aku, sering melihatku tanpa menyapaku sekali pun. Tidak adil sekali disaat aku belum tahu sama sekali manusia mana yang namanya Gora itu.
Kalau senyum-senyum begini artinya apa ya ? Kenapa aku jadi merasa malu sendiri. Hanya karena tahu selama ini Gora melihatku dari kejauhan. Tapi aku sedikit senang juga, walaupun aku tak tahu sama sekali dia orangnya seperti apa. Berati dia mungkin juga melihatku sedang bersikap tidak waras bersama anak-anak di Sanggar, ah kenapa jadi malu begini. Aduh, hancur sudah image ku kalau benar begitu. Tahu begini aku jaga sikap dari dulu. Bagaimana sih kamu ini Thaza.
"Curang, aku saja belum tahu wajahmu" kalau bicara langsung aku akan mengatakan itu dengan nada kesal dan sedikit manja.
"Kan nanti juga akan ketemu"
Aduh, apa-apaan kamu ini Gora. Kenapa selalu membalas dengan kalimat yang seperti ini. Aku jadi kikuk tidak jelas begini didepan Fany. Baca pesannya saja aku jadi deg-degan begini. Kenapa setiap balasan pesannya selalu membuat aku penasaran dan menimbulkan pertanyaan baru di pikiranku. Padahal ayam goreng yang harum gurih itu sudah ada didepanku. Tapi aku malah sibuk sendiri bertanya-tanya dan senyum-senyum tidak jelas melihat isi pesan dari dia.
"Kalau senyum-senyum terus, itu ayam idup lagi gara-gara tidak juga kamu makan. Cepat makan, sudah siang ini."
Fany itu memang teman paling bawel yang beruntun aku miliki. Tinggal di kosan yang sama dan ditakdirkan sekelas membuat kami sudah seperti saudara perempuan yang tinggal satu rumah.
Tapi dia benar, kalau aku terus-terusan balas pesannya ayam ini keburu dingin. Nanti sudah tidak enak lagi. Kusimpan ponselku kedalam tas, biar terbenam dia didalam tas bersama dengan manusia menyebalkan itu yang selalu membuatku kepikiran. Ah, mengganggu waktu makanku saja.
"Gora, hari ini kamu berhasil membuatku terlihat lebih manis lagi dengan menyimpulkan senyumku. Aku tidak tahu, tapi yang pasti aku semakin ingin dekat. Aku ingin lihat, apakah kita memang akan bertemu sesuai dengan apa yang barusan kamu sampaikan. Kamu mau tahu harapanku Gora ? Iya, aku berharap seperti itu."
Comments
Post a Comment