Surat Untuk "Sunny"
Tulisan ini saya buat khusus untuk keenam sahabat saya Resty
Sulintia, Carlawini Sudrajat, Amna, Kamila Husna, Riefa N Aprilia, dan Shebika
Giarustina.
Semuanya dimulai sejak taun 2014, mungkin sekitar bulan Juli
atau Agustus, saya lupa tepatnya bulan apa, yan pasti hari itu Tuhan telah
membahagiakan saya.
Semuanya dimulai dengan cara yang sangat sederhana, ketika
kami hanya mencoba mendekat satu sama lain lewat pertemuan hangat dengan
obrolan yang hanya dikeluarkan untuk mengocok perut di sebuah cafe di kota
kami.
Semuanya dimulai dari ruangan kelas yang menjebak kami
bersama disana, dengan wali dosen yang sama dan ketua kelas yang sama, kami
menuju ruang yang sama dan keluar dari ruang yang sama pula setiap harinya.
Mengenal mereka bukanlah suatu hal yang direncanakan, tapi
perencanaan Tuhan yang tak pernah gagal diberikan, dan kali ini Tuhan telah berhasil
untuk kesekian kalinya memberikan kebahagiaan untuk saya.
Setiap harinya selali ada satu hal tak penting yang menjadi
topik obrolan kami meski hanya dalam chat. Tetapi hal tak penting itu selalu
berhasil membuat kami tertawa lepas tanpa mengenal batas.
Bersama dengan mereka saya tidak memiliki batasan. Bersama
dengan mereka saya menjadi diri sendiri, ketika orang lain melihat sebagian
dari diri saya mereka mampu melihat semua bagiannya tanpa terkecuali.
Istilah apa yang musti saya berikan untuk kami ? Teman ?
Sahabat ? Musuh ? Pacar ? Ah yang pasti mereka lebih dari segalanya, bahkan
mereka mengetahui apa yang ayah dan ibu saya tidak ketahui. Sedekat itu, ya
sedeketa itu.
Hubungan kami ini dibuat atas dasar ketidak warasan. Hari demi
hari kewarasan kami bukan membaik justru semakin tidak waras. Iya, cinta memang
tidak waras dan saya mencintai mereka. Kewarasan ini hilang ketika otak saya
selalu ingin hari cepat berganti agar esok pagi sudah bisa berjumpa kembali.
Tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar, cukup lama bagi
kami untuk melewati banyak hal. Ah orang bilang kami sangat setia, terlihat
selalu akur, buktinya semua itu tidak benar.
Biar ku hitung, sudah berapa kali kami berselisih paham
hingga menahan benci antara satu dan lainnya, sering sekali rasanya. Tapi mau
bagaimana lagi ? kami terlalu membutuhkan satu sama lain. Jadi kami putuskan
untuk menahan ego dulu sebentar sampai nanti bencinya hilang dan cintanya
datang lagi. Karena kami merasakan dengan nyata rindu itu memang ajaib.
Mulai dari pertengkaran kecil sampai yang besar, rasanya
semua sudah pernah terjadi. Karena kalau dipikir-pikir rasanya tidak akan
semenyenangkan ini jika tak ada perselisihan sedikitpun. Yang saya rasa sampai
sekarang, semua itu menimbulkan kenangan dan cerita. Sehingga cerita tentang
persahabatan kami yang akan kami sampaikan pada anak-anak kami kelak punya
banyak warna, bahwa setiap hubungan sekecil apapun itu ketika dengan sesama
manusia maka tak ada yang bisa menghindari perselisihan. Mulai dari salah
paham, tersinggung karena bercandaan kami yang berlebihan, baper karena mungkin
celotehan kita pedasnya minta ampun, sampai yang merasa dirinya disisihkan oleh
yang lain padahal semua hanya masalah komunikasi dan perasaan yang sulit
dikendalikan.
Pernah kami melewati masa dimana salah satu dari kami merasa
bahwa semua berubah semenjak dirinya memiliki pacar dan sibuk engan urusan
organisasinya, dia merasa uninvited ketika kumpul, merasa bahwa tidak bisa
gabung dalam obrolan hanya karena ketinggalan cerita yang dia lewati karena tak
bisa kumpul sesering dulu. Samapi pada akhirnya semua menjalar kemana-mana.
Padahal semua itu cuma masalah perasaan yang tak bisa
berpikir sehat karena hati memang tak punya akal, dan akal pun tak memiliki
hati. Pada akhirnya semua berakhir dengan penyelesaian ala manusia yaitu “bicara”.
Sekarang, kuliah saya sudah selesai. Hanya saya disini
satu-satunya yang tinggal jauh dari rumah. Sehingga, ketika kuliah saya selesai
maka saya harus pulang dan tidak tinggal di Tasik lagi. Dan itu terjadi.
Banyak hal yang ingin saya tinggalkan dari Tasik, semua
ingatan-ingatan buruk saya, penginat akan masa terpahit dalam hidup saya
tentang seseorang dan masih banyak lagi. Tapi semua itu semakin berat dengan kenyataan
bahwa otomatis saya pun harus meninggalkan keenam sahabat saya.
Sulit rasanya. Karena memang sudah terbiasa dengan mereka,
bahkan lebih terbiasa daripada dengan keluarga sendiri. Dan dikehidupan
selanjutnya saya tidak tahu akan bersama dengan siapa. Tapi yang pasti saya
akan selalu berharap untuk bersama kembali dengan mereka samai selamanya sisa
umur saya.
Yang terkahir ini adalah ucapan terimakasih saya dan
kejujuran yang akan saya sampaikan untuk keenam sahabat saya.
Teman, terimakasih sudah muncul di masa yang tepat. Semua yang
terjadi mungkin memang sudah sesuai dengan peta konsep hidup saya yang diatur
Tuhan, tapi saya yakin Tuhan memberikan kalian bukan tanpa alasan. Karena yang
saya sadari sekarang adalah apa yang Tuhan sampaikan lewat kalian adalah
kebahagiaan dan rasa syukur. Saya tidak tahu aka seperti apa saya jika tidka
dimulai dengan bertemu kalian, mungkin akan berbeda ceritanya. Terimakasih juga
untuk setiap perhatian yang muncul, terimakasih sudah mau membuka hati dan
telingannya lebar-lebar untuk emnerima segala keluh kesah saya. Terimakasih karena
sudah menjadi pengingat saya akan nikmat Tuhan. Kalian membuat saya semakin
mengerti bagaimana cara menciptakan kebahagiaan. Kalian menjadi orang nomor
satu yang memasang badan setiap kali saya mengeluh sakit dan lainnya, kalian
menjadi orang yag pertama mengetahui segala hal yang terjadi dalam hidup saya
bahkan sebelum keluraga saya tau. Maaf karena orang ini tidak punya etika. Berbuat
semaunya hanya demi ingin semua baik-baik saja. Terkadang saya suka berbuat
seenaknya, memutuskan semaunya tanpa berpikir bagaimana perasaan kalian. Kadang
manusia ini membuat lelucon yang keterlaluan hanya demi membuat semua tertawa. Karena
itu satu-satunya cara membahagiakan saya, dengan melihat kalian tertawa bahgia
karena saya. Maaf karena sudah menjadi manusia yang selalu merepotkan. Saya yakin,
kalian adalah manusia-manusia hebat yang akan membuat saya bangga nantinya. Kalian
sudah tahu bagaimana caranya bertahan dan berdiri dikaki kalian sendiri. Jangan
biarkan orang lain membuat kalian lumpuh dan jatuh untuk kesekian kalinya. Kalian
adalah orang-orang tersabar yang mampu menghadapi kebrengsekan wanita ini. Jangan
pernah merasa kehilangan hanya karena diantara kita ada yang sudah selesai
lebih dulu. Bukan karena ingin meninggalkan, tapi kita punya satu hal yang kita
kejar masing-masing. Tak ada yang meninggalkan, karena kapanpun kalian
membutuhkan satu sama lain maka tak akan ada penolakan untuk itu. Saya akan
selalu ada di samping kalian sampai saat nya nanti kita semua benar-benar
menyelesaikan kuliah kita.
Saya tidak tahu harus seperti apa lahi, tapi yang pasti saya
menangis setiap membuat hal seperti ini. Karena terlalu menyakitkan bagi saya
meninggalkan kalian. Suatu saat kita akan ketemu lagi di masa dimana semua
sudah memegang kebahagiaanya masing-masing dan akan kembali menceritakan kisah
ini dari awal sambil tertawa terpingkal-pingkal hingga meneteskan air mata.
Jaga diri kalian masing-masing.
Terimakasiiiiiihhhhh.
Comments
Post a Comment